082311771819 yppm.maluku@gmail.com
Mengintip Tradisi ‘Ta’u Nuollo’, Prosesi Unik Jelang Pernikahan Anak Negeri Siri Sori Islam

Mengintip Tradisi ‘Ta’u Nuollo’, Prosesi Unik Jelang Pernikahan Anak Negeri Siri Sori Islam

Keterangan Foto : Tradisi Kupas Kelapa

 

JW Masohi – Indonesia termasuk Priovinsi Maluku, menyimpan begitu banyak budaya dan tradisi yang ditularkan secara turun temurun.

Selain ciri khas bahasa daerah, kuliner dan berpakaian [busana], budaya serupa juga terjadi dalam prosesi pernikahan.

Salah satu diantarnya adalah proses menjelang acara perkawainan di Kabupaten Maluku Tengah.  Misalnya, tradisi ‘Ta’u Nuollo’ atau dalam Bahasa Indonesia berarti kupas kelapa.

Ta’u Nuollo merupakan tradisi unik yang memperkaya kearifan lokal yang berasal dari  Negeri Siri Sori Islam,  Kecamatan Saparua Timur,  Kabupaten Maluku Tengah.

Budaya gotong royong ini telah diwariskan turun temurun hingga generasi terkini. Tradisi ini terbilang unik, karena hanya dianut oleh warga Siri Sori Islam dan hampir terjadi setiap bulan, bila ada prosesi perkawinan anak yang merupakan warga Siri Sori Islam.

Seperti apa tradisi ini? ‘Ta’u Nuollo’ sebenarnya merupakan rangkaian atau tahapan dari sebuah proses yang disebut ‘Louwe Basudarao’ [kumpul orang sudara] yang dilakukan warga Siri Sori Islam dalam membantu setiap warga yang akan menikahkan anggota keluarganya.

Dalam acara ‘Louwe Basudarao’  menu utama yang populer dan disajikan kepada semua warga atau keluarga yang datang atau berkunjung dalam hajatan itu adalah nasi pulut ketan yang ditabur dengan kelapa bercampur gula merah [pulut unti].

Entah sejak kapan tradisi ini dimulai, namun dari penuturan sejumlah sumber, menu ini dipilih karena memiliki makna filosofis yakni pulut ketan yang melekat menggumpal melambangkan satu kesatuan [persatuan] orang saudara.

Uniknya, acara ‘Louwe Basudarao’ juga berlangsung sudah cukup lama. Konsepnya ibarat arisan, dimana semua warga Siri Sori Islam yang akan menjalankan prosesi pernikahan akan diawali dengan tahapan ini.

Keterangan Foto : Menu nasi ketan (pulut unti)

Bagi keluarga atau warga yang datang, pada acara ‘Louwe Basudarao’ akan menyumbangkan sejumlah uang sebagai upaya membantu keluarga yang akan menikahkan anaknya dan disuguhkan menu nasi ketan atau pulut unti ini.

Nah, karena menu utama dan favoritnya adalah nasi ketan dengan taburan kelapa dicapur gula merah itulah, maka penyediaan menu ini memerlukan daging buah kelapa dalam jumlah banyak.

Proses menyediakan daging buah kelapa inilah, kemudian terjadi tradisi ‘Tau Nu’ollo’ itu dilakukan. Tahapan ini, biasanya dilakukan belasan ibu rumah tangga yang datang sehari sebelumnya pada puncak acara “Louwe Basudarao itu.

Para ibu akan duduk bersila dan melakukan kegiatan mengikis kulit ari yang menempel pada bagian daging kelapa. Tujuannya agar hanya tersisa danging kelapa berwarna putih yang akan dimasak bersama pulut ketan.

Ibu Dja, salah satu sesepuh warga Siri Sori Islam di Kota Masohi kepada beritabeta.com mengaku, tradisi “Ta’u Nuollo’ ini sudah mengalami sedikt perubahan.

“Jaman dahulu, kelapa dikupas menggunakan pecahan piring kaca. Tetapi seiring berkembangnya teknologi, kelapa sekarang dikupas menggunakan pisau kecil atau parutan keju,” akuinya.

Menurutnya, kelapa yang sudah dikupas kemudian diparut dan diambil santannya sebagai bahan dasar campuran nasi pulut.

Dja mengaku, jika kulit ari yang menempel pada daging kelapa tidak dikupas, maka santan yang dihasilkan juga tidak sebagus.

“Biasanya santan yang berasal dari kelapa yang tidak dikupas banyak ampas atau residu dan berpengaruh pada warna santan yang tidak putih. Berikut juga akan berpengaruh pada nasi ketannya yang terlihat tidak menarik karena warnanya agak keabu-abuan,” bebernya.

Setelah daging kelapa yang menjadi bahan utama ini disiapkan, selajutnya para ibu kemudian bersiap untuk memasak nasi ketan yang ditabur ampas kelapa bercampur gula merah itu.

Menu ini juga disajikan dengan menggunakan kemasan yang terbuat dari daun pisang. Konon menu ini sudah menjadi menu yang wajib hadir di setiap acara ‘Louwe Basudarao’ dan usinya sebagai menu pavorit pun sudah mencapai ratusan tahun.

Karena menjadi menu utama, banyak dari warga Siri Sori Islam kerap memberi lebel, nasi ketan atau nasi pulut ini sebagai menu termahal, karena hanya ada saat tradisi ‘Louwe Basudarao’ itu berlangsung dan juga kehadirannya disaat warga hadir menyumbang sejumlah uang untuk membantu keluarga yang punya hajatan perkawinan. (*)

 

Penulis : Edha Sanaky, “Field Staff”,”JW Masohi”.

 

Potret Toleransi di Saparua, Warga Muslim dan Kristen Bangun Tempat Wudu

Potret Toleransi di Saparua, Warga Muslim dan Kristen Bangun Tempat Wudu

Masohi, JW.-Pengecoran bak wudu Masjid Baiturrahman Negeri Siri Sori Islam, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Senin, 28 Februari 2022 lalu menjadi momentum pengulangan sejarah hidup orang basudara di Saparua. Melalui tradisi ini, masyarakat saling bantu tanpa memandang agama dan kepercayaan yang dianut.
 
Tradisi saling membantu antar-negeri (desa) sudah ditanamkan dari zaman leluhur. Masyarakat tiga negeri berpenduduk Kristen Protestan, yaitu Haria (Leawaka Amapati), Ullath (Beilohy Amalatu) dan Siri sori Serani (Louhatta) secara bergotong royong membantu pengecoran tempat air wudu Masjid Baiturrahman Negeri Siri Sori Islam.
 
Camat Saparua Timur, Halid Pattisahusiwa yang hadir saat itu menyampaikan tradisi Masohi atau gotong royong antar-negeri di Saparua sudah terawat dan terjaga sejak zaman leluhur.
 
“Sebagai kepala pemerintahan kecamatan, saya mendukung dan mengapresiasi rekonsiliasi kehidupan kekerabatan dan kekeluargaan yang terjalin antar negeri di Saparua,” ungkap Halid.
 
Halid juga menyampaikan, ini merupakan tradisi leluhur yang sampai saat ini masih berjalan dari generasi ke generasi. Setiap momentum, baik pelantikan raja, pembangunan rumah ibadah dan sebagainya, kedua negeri saling membantu.


 
“Lain tolong lain sayang e (saling membantu) adalah potret hidup orang basudara antar negeri di Saparua dan sebagai implementasi dalam mewujudkan Maluku Tengah yang berkeadilan, sejahtera, religius dalam semangat hidup orang Basudara,” tutur Halid.
 
Yacob, 27 tahun, warga negeri Amalatu yang saat pengecoran bertugas menjalankan mesin pencampur semen atau molen mengatakan, saling bantu antar negeri di Saparua sudah sering dilakukan.
 
“Waktu pelantikan raja Amalatu, saudara-saudara kami dari negeri Siri sori Islam mengantarkan aneka macam kue saat acara pelantikan,”tutur Yacob.
 
Hal senada juga disampaikan salah satu warga Siri Sori Islam Yadi, 47 tahun, bahwa saat peresmian gedung Gereja Taman Hoea Negeri Ullath, ratusan muslim membawa bantuan ratusan kue dan karton air mineral dalam kemasan ini, dalam mendukung acara peresmian gedung Gereja tersebut.
 
Halid  mengapresiasi seluruh masyarakat dan para raja empat negeri, panitia pembangunan bak wudu, Ikatan Keluarga Siri Sori Islam (IKASSI), camat Saparua Timur, kapolsek Saparua dan jajaran, serta Koramil Saparua dan jajaran TNI yang turut serta hadir dalam pembangunan bak wudu tersebut.

Oleh : Yusuf Pattty (Jurnalis Warga Masohi)

YPPM Maluku Gandeng Dinsos Malteng Bentuk Forum Disabilitas

YPPM Maluku Gandeng Dinsos Malteng Bentuk Forum Disabilitas

Pertemuan antara YPPM Maluku, Dinsos Maluku Tengah, The Asia Foundation, Gerakan Advokasi Difabel bersama kaum difabel di Maluku Tengah dalam rangka pembentukan Forum Difabel di Malteng yang berlangsung di Kota Masohi, Rabu (20/4/2022)

JW-Masohi – Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat [YPPM] Maluku bekerja sama dengan Dinas Sosial [Dinsos] Kabupaten Maluku Tengah [Malteng] membentuk Forum Disabilitas untuk mengadvokasi hak-hak penyandang disabilitas mendapatkan aksesbilitas dan layanan publik.

Forum ini dibentuk pada pertemuan Bersama yang berlangsung di Kantor Dinsos Malteng pada Rabu, (20/4/2022).

Rapat bersama itu dihadiri sejumlah pihak masing-masing, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Malteng, M. Yusuf, perwakilan The Asia Foundation (TAF) Maulida Raviola, perwakilan dari Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Tri Wahyu dan Dody Kaliry dari Yogyakarta, Abdullah Tangke dari YPPM Maluku dan para penyandang disabilitas di wilayah kabupaten Malteng.

Maulida Raviola dalam kesempatan itu menyampaikan, terbentuknya Forum Disabilitas di Maluku Tengah menjadi langkah awal dalam rangka pemajuan hak-hak disabilitas dan pembangunan yang inklusif di Maluku Tengah.

“Forum ini sangat penting untuk membuka ruang partisipasi difabel yang selama ini terpinggirkan atau terabaikan dalam proses pembangunan di daerah. Difabel seharusnya memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pemenuhan hak-hak mereka sebagai warga negara,” kata Maulida.

Apresiasi yang tinggi juga disampaikan  Tri Wahyu dari SIGAB atas pembentukan forum  Disabilitas Maluku Tengah yg diinisiasi Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tengah dan YPPM Maluku.

“Forum komunikasi disabilitas adalah bentuk kongkrit dari peneguhan memperkuat ketahanan demokrasi di Maluku Tengah agar demokrasi dapat bermakna dan bermanfaat bagi kawan-kawan difabel Maluku Tengah,” ungkap Manager Program Demres SIGAB Indonesia ini.

Sementara Dody Kaliry dari SIGAB Indonesia menyampaikan pembentukan forum ini sebagai pijakan awal membangun inklusifitas di Masohi pada khususnya dan Maluku tengah pada umumnya.

”Difabel harus mengambil dan memposisikan perannya sebagai subjek pembangunan inklusif dimana dperlukan kerja-kerja kolaborasi dengan multi pihak agar forum ini bisa eksis,” kata Doddy.

Menanggapi kehadiran forum ini, Victor Wenno, seorang penyandang difabel daksa yang hadir saat itu turut mengapresiasi pembentukan forum ini. Ia berharap dengan hadirnya forum ini mampu memperjuangkan hakl-hak difabel yang selama ini terabaikan.

“Semoga dengan adanya forum ini hak-hak kami sebagai warga negara juga bisa didapatkan layaknya orang normal lainnya,” ungkap Victor.

Wenno juga berharap kedepan peran forum ini bisa menjadi wadah untuk menyuarakan kepentingan difdabel dan mendorong diterbitkan Peraturan Daerah tentang disabilitas di Maluku Tengah (*)

 

Penulis : Edha Sanaky

Hoaks, Pesan Berantai Penonaktifan Peserta KIS-BPJS, Ini Penjelasannya

Hoaks, Pesan Berantai Penonaktifan Peserta KIS-BPJS, Ini Penjelasannya

JW – Masohi, Beredarnya pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp  yang menyebutkan pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau BPJS Kesehatan akan otomatis dinonaktifkan jika tidak digunakan selama setahun, dibantah oleh pihak BPJS.

Redaksi beritabeta.com sempat menerima isi pesan peresahkan itu.  Isi  pesan itu sebagai berikut :

“Assalamualaikum Bapak/ ibu/sdr/i.  Disini kami ingatkan lagi, bahwa kalau ada bapak ibu dan keluarga yang memiliki BPJS bantuan pemerintah atau Kartu KIS yang diberikan pemerintah, tolong selalu dipakai minimal 1 kali dlm setahun /6 bln.

Walaupun kita tidak sakit, minimal periksa kesehatan saja ke puskesmas.Karena aturan BPJS sekarang, dalam 1 tahun terakhir kartu tidak pernah dipakai, langsung di non aktifkan.

Nanti kita susah lagi mengurusnya pada saat dibutuhkan.Tolong sampaikan berita ini ke Sanak keluarga kita yang lain yang juga menggunakan BPJS pemerintah…Semoga informasi berguna bagi kita semua…”

Menanggapi hal ini, Kepala BPJS Kabupaten Buru, Asti Sanduan, saat dihubungi BeritaBeta.com melalui pesan WhatsApp-nya memasgtikan pesan tersebut bukan info resmi dari kantor BPJS kesehatan.

“Ini berita hoaks seperti yang sudah dikonfirmasi resmi langsung dari kantor pusat di Instagram BPJS Kesehatan,” tutur Asti.

Asti menjelaskan pengecekan status kepesertaan bisa melalui aplikasi Mobile JKN yang bisa diunduh di PlayStore. “Atau juga melalui CHIKA di nomor WA 08118750400,” ungkap Asti.

Ia mengatakan, CHIKA atau chat assistant Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah layanan online dari BPJS Kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta JKN-KIS untuk menemukan berbagai informasi dan mengajukan pelayanan terkait layanan BPJS Kesehatan.

Asti mengharapkan bahwa bagi masyarakat yang menerima pesan-pesan seperti ini dalam bentuk apapun sebaiknya langsung dikonfirmasi ke kantor BPJS Kesehatan terdekat agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. (*)

Penulis : Edha Sanaky

Kebaktian Natal AMGPM Masohi : Pemuda Harus Rendah Hati

Kebaktian Natal AMGPM Masohi : Pemuda Harus Rendah Hati

Ambon, JW.–Pemuda harus menjadi tonggak dari sebuah perubahan hidup yang rendah hati dan setia mengikuti sosok kehidupan Yesus. Anak muda harus menjadi teladan dalam kehidupan bersama.

Hal tersebut dikemukakan oleh Pendeta Yan Pattiasina dalam perayaan Natal yang diselenggarakan Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) Cabang Zebaoth Daerah Masohi, 7 Desember 2021 di Gedung Gereja Bethesda Masohi. Perayaan Natal dihadiri oleh anggota AMGPM Masohi dan perwakilan tokoh atau pengurus gereja di wilayah Masohi.

Kebaktian Natal yang dilayani oleh Pdt. Yan Pattiasina ini mengusung tema “Merayakan Natal dengan Rendah Hati Dan Setia” yang merupakan tema besar dari tema Natal di lingkungan Geraja Protestan Maluku.

Pdt. Yan Pattiasina juga meminta agar warga gereja merayakan Natal dengan ucapan syukur sebagai wujud kasih setia Allah yang telah menyelamatkan dari ancaman pandemi Covid-19.

“Mari membangun kesadaran dan menumbuhkan spirit melayani dengan rendah hati dan Berbela rasa sebagai wujud keprihatinan terhadap sesama meneladani sosok Yesus Kristus,” kata Pdt Yan Pattiasina.

Dalam acara seremonial disampaikan pesan dan kesan Natal Dari Ketua AMGPM Cabang Zebaoth, Bung Harlyn Sahulata, Ketua Bidang III AMGPM Daerah Masohi, Pdt. Fero Pattipeilohy dan PHM Jemaat GPM Masohi, yang diwakili Sekretaris Jemaat, Penatua J. Wattimena.

Kebaktian Natal juga dimeriahkan dengan aksi foto bersama pada stand photo booth yang disediakan serta penampilan Tarian Natal oleh Remaja sektor Mahanaim, Vocal Group Pengurus Cabang dan Solois Pengurus Ranting Tiberias Nn. Elsa Patty.

 

Suasana perayaan Natal yang diselenggarakan Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) Cabang Zebaoth Daerah Masohi, 7 Desember 2021 di Gedung Gereja Bethesda Masohi, Maluku Tengah. (Harlyn Sahulata/Pewarta warga)

 

Penulis: Harlyn Sahulata (Pewarta warga)

Bahaya Seram, Momentum Menjaga dan Merawat Alam

Bahaya Seram, Momentum Menjaga dan Merawat Alam

Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)

 

AMBON-Peringatan 122 tahun Bahaya Seram berlangsung di monumen peringatan yang terletak di pantai Negeri Amahai,
Rabu 29 September 2021. Acara ini sekaligus menjadi momentum untuk menjaga dan merawat alam.

“Tanggal 29 September, merupakan momen yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Negeri Amahai atau yang disebut Inta Lounussa Maatita.Sebab pada tanggal ini, 122 tahun yang lalu, Amahai dan beberapa negeri  di wilayah Seram Selatan, Elpaputih, Samasuru dilanda oleh gelombang pasang (tsunami) atau yang dikenal dengan peristiwa “Bahaya Seram,” papar Sekretaris Negeri Amahai J Lasamahu.

Mengawali Ziarah, terlebih dulu diadakan ibadah syukur peringatan “Bahaya Seram” di Gedung Gereja Imanuel Jemaat GPM Amahai-Soahuku pada pukul 20.00.WIT.

Di awal ibadah ini, Kepala Pemerintahan Negeri Amahai, Upu Latu Lounussa Maatita, F Hallatu berkenan menyampaikan sambutannya, yang dibacakan oleh Sekretaris Negeri, J. Lasamahu.

Dalam sambutannya, Upu Latu mengisahkan kembali tentang peristiwa Bahaya Seram dimana gelombang pasang sejauh 250 meter dari bibir pantai, tidak hanya mengorbankan 300 lebih warga masyarakat Amahai, tapi juga 59 orang warga masyarakat Ihamahu, Noraito Ama Patty yang kebetulan sedang mencari kayu untuk pembangunan Gedung Gereja Ebenhaezer di Ihamahu. Menutup sambutannya, Upu Latu Lounussa Maatita F Hallatu berpesan agar masyarakat untuk menjaga dan merawat dan melestarikan alam.

foto dampak gempa bumi di Ambon tahun, 1899

 

“Saat ini banyak peristiwa bencana yang terjadi di berbagai tempat di dunia, seperti gempa, banjir dan lain sebagainya,” ujarnya.

Peringatan Bahaya Seram yang diikuti oleh staf pemerintah negeri, badan saniri, lembaga-lembaga adat dan warga masyarakat negeri Amahai.Acara diakhiri dengan ziarah pada monumen tersebut tepat pada pukul 00.00 WIT yang ditandai dengan perenungan atas peristiwa Bahaya Seram,
pembacaan kronologi Bahaya Seram dan akhirnya peletakan karangan bunga oleh tokoh masyarakat, tokoh agama.

 

 

 

Penulis : Michel Pattirane (JW Masohi)
Editor   : Agung Purwandono (Mentor JW)

 

Sumber Foto : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)