082311771819 yppm.maluku@gmail.com

Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)

 

AMBON-Peringatan 122 tahun Bahaya Seram berlangsung di monumen peringatan yang terletak di pantai Negeri Amahai,
Rabu 29 September 2021. Acara ini sekaligus menjadi momentum untuk menjaga dan merawat alam.

“Tanggal 29 September, merupakan momen yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Negeri Amahai atau yang disebut Inta Lounussa Maatita.Sebab pada tanggal ini, 122 tahun yang lalu, Amahai dan beberapa negeri  di wilayah Seram Selatan, Elpaputih, Samasuru dilanda oleh gelombang pasang (tsunami) atau yang dikenal dengan peristiwa “Bahaya Seram,” papar Sekretaris Negeri Amahai J Lasamahu.

Mengawali Ziarah, terlebih dulu diadakan ibadah syukur peringatan “Bahaya Seram” di Gedung Gereja Imanuel Jemaat GPM Amahai-Soahuku pada pukul 20.00.WIT.

Di awal ibadah ini, Kepala Pemerintahan Negeri Amahai, Upu Latu Lounussa Maatita, F Hallatu berkenan menyampaikan sambutannya, yang dibacakan oleh Sekretaris Negeri, J. Lasamahu.

Dalam sambutannya, Upu Latu mengisahkan kembali tentang peristiwa Bahaya Seram dimana gelombang pasang sejauh 250 meter dari bibir pantai, tidak hanya mengorbankan 300 lebih warga masyarakat Amahai, tapi juga 59 orang warga masyarakat Ihamahu, Noraito Ama Patty yang kebetulan sedang mencari kayu untuk pembangunan Gedung Gereja Ebenhaezer di Ihamahu. Menutup sambutannya, Upu Latu Lounussa Maatita F Hallatu berpesan agar masyarakat untuk menjaga dan merawat dan melestarikan alam.

foto dampak gempa bumi di Ambon tahun, 1899

 

“Saat ini banyak peristiwa bencana yang terjadi di berbagai tempat di dunia, seperti gempa, banjir dan lain sebagainya,” ujarnya.

Peringatan Bahaya Seram yang diikuti oleh staf pemerintah negeri, badan saniri, lembaga-lembaga adat dan warga masyarakat negeri Amahai.Acara diakhiri dengan ziarah pada monumen tersebut tepat pada pukul 00.00 WIT yang ditandai dengan perenungan atas peristiwa Bahaya Seram,
pembacaan kronologi Bahaya Seram dan akhirnya peletakan karangan bunga oleh tokoh masyarakat, tokoh agama.

 

 

 

Penulis : Michel Pattirane (JW Masohi)
Editor   : Agung Purwandono (Mentor JW)

 

Sumber Foto : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)