082311771819 yppm.maluku@gmail.com
Waai dan Morella Rawat Ikatan Pela di Atraksi Pukul Sapu Lidi

Waai dan Morella Rawat Ikatan Pela di Atraksi Pukul Sapu Lidi

 

Keterangan : Warga Negeri Waai, Kecamatan Salahutu yang sedang memainkan musik terompet sambil bernyanyi lagu Gandong saat atraksi tradisi Pukul Sapu Lidi di Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Senin, 9 Mei 2022

Ambon, JW – Senin (9/5) sore itu lautan manusia memenuhi sepanjang jalan Negeri (Desa) Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah untuk melakukan arak-arakan keliling kampung). Tidak memandang latar belakang agama, umur, bahkan laki-laki atau perempuan, masyarakat Desa Waai dan Morella berjalan beriringan.

Bunyi terompet yang menggelegar, memimpin di depan diikuti massa yang saling merangkul satu sama lain. Senyum terpancar mengiringi langkah-langkah kaki sambil menyanyikan lagu Gandong. Masyarakat Waai-Morella yang terikat dalam hubungan Pela (bersama-sama memaknai indahnya kebersamaan.

Potret ini dapat dijumpai dalam acara Pukul Sapu Lidi yang dilaksanakan setiap tahun di Negeri Morella, pada 7 syawal atau tujuh hari setelah lebaran. Hubungan Pela antara negeri Waai berpenduduk Kristen dan Morella yang merupakan negeri Islam sangatlah erat.

Pela adalah kearifan lokal di Maluku yang masih ada dan dilestarikan hingga saat ini. Pela merupakan ikatan adat antar negeri yang satu dengan yang lain sejak dahulu yang menekankan pada hubungan persaudaraan.

Hubungan antara Waai-Morella sudah ada sejak zaman para leluhur. Keakraban itu dapat dijumpai hingga saat ini. Apabila terdapat peristiwa penting di satu negeri seperti acara adat, negeri pela biasanya menghadiri acara tersebut. Ini adalah cara memelihara hubungan antara dua negeri.

Rangkaian acara atraksi Pukul Sapu Lidi yang dalam bahasa daerah Morella disebut Palasa atau Baku Pukul Manyapu merupakan ritual adat yang dimulai dari pagi dengan diadakannya karnaval berupa pertunjukan budaya negeri seperti tari-tarian, permainan tradisional, dan lainnya. Atraksi yang sudah dilakukan sejak tahun 1646 M ini sangat ramai karena dihadiri oleh ribuan penonton dari domestik maupun mancanegara.

Masyarakat Waai yang hadir tampak dari belasan mobil angkutan umum trayek Waai terpantau parkir di sepanjang jalan Negeri Morella.

“Sebagai pela katong (kita) turut hadir di dalam penyelenggaraan pukul sapu. Kalau orang Waai yang lain masih dalam perjalanan dengan dorang (mereka) punya kendaraan pribadi, dan mobil angkutan umum,” Ujar Nanang, wanita paruh baya asal Waai saat ditemui bersama rombongan di rumah Raja Negeri Morella.

Masyarakat Waai hadir dengan membawa paduan terompet untuk mengiringi atraksi pukul sapu. Di Maluku, paduan terompet sangat identik dengan negeri kristen karena merupakan tradisi gereja.

Saat acara dimulai, nyaring terdengar puji-pujian terompet berpadu dengan bunyi sabetan lidi di badan peserta pukul sapu lidi. Hal ini menggambarkan betapa indahnya kebersamaan Pela.

Adrenalin penonton ikut berpacu saat pukul sapu yang diiringi dengan semangat lagu daerah yang menggelegar dari paduan terompet. Hal Ini merupakan sebuah bentuk toleransi dan keunikan dalam memelihara hubungan persaudaraan yang erat diantara kedua negeri tersebut.

Menurut pemimpin paduan terompet, Topi Matakupan (69) suksesnya acara adat Negeri Morella tersebut juga merupakan tanggungjawab masyarakat Waai. Ia bahkan sudah berpartisipasi dalam acara ini sejak masa mudanya dengan mengikuti jejak ayahnya yang juga merupakan pemimpin paduan alat musik.

“Kehadiran katong orang Waai sudah sejak dahulu. Ini suatu tradisi turun-temurun. Dua tahun terakhir (2020-2021), katong tidak bisa hadir karena pembatasan COVID-19. Tapi tahun ini dengan berkurangnya kasus dan peringanan pembatasan, maka katong hadir kembali,” sahut Topi.

Kehadiran masyarakat Waai sangat dinantikan oleh masyarakat Morella. Ini merupakan upaya untuk merawat dan melestarikan hubungan Pela antar dua negeri.

Salah satu anak muda Morella, Fitri yang juga ikut dalam arak-arakan mengungkapkan rasa haru atas kesediaan masyarakat negeri Waai yang turut hadir dalam momen itu.

“Katong punya saudara-saudara pela yang datang dari Waai, katong terima deng sukacita dalam kebersamaan katong harus terus pelihara hubungan ini yang sudah leluhur ikat,” harap Fitri.

Raja Negeri Morella, Yasir Fadil Sialana saat diwawancara melalui telepon, Minggu (29/5) menyampaikan harapannya terhadap hubungan Waai dan Morella kedepan.

“Waai dan Morella adalah Pela Gandong (kandung) dan punya hubungan darah adik dan kakak. Sebagai saudara, katong satu rasa sayang yang lain. Kedepan semoga keakraban ini bisa terus terjalin dan dipererat, terlebih bagi generasi muda kedua negeri,” tegasnya.

Tidak hanya lewat peristiwa tahunan Pukul Sapu Lidi, upaya memelihara hubungan antar pela Waai-Morella terjadi pasca-konflik Maluku di tahun 2003. Saat itu, masyarakat Morella ikut membawa pulang masyarakat Waai ke negerinya dari pengungsian di Passo.

Adapun pembangunan dan peresmian gereja Damai Negeri Waai dan Masjid baru di Morella juga melibatkan satu sama lain. Hubungan emosional antara kedua negeri sangatlah kuat.

Dilansir dari Tribun Maluku (26/11/21), Gubernur Maluku Murad Ismail mengatakan budaya Pela Gandong juga merupakan budaya perekat hidup antar umat beragama yang rukun, karena menjunjung tinggi nilai dan norma baku yang hidup dalam masyarakat adat.

“Ada dan tradisi pela merupakan rangkaian aktivitas pela dan gandong, dapat dikatakan sebagai pranata yang berfungsi sebagai ikatan hubungan persaudaraan antara seluruh penduduk dari dua negeri atau lebih berdasarkan adat, juga dapat menunjuk pada ikatan persaudaraan antar negeri Kristen dan Islam,” tambahnya.

Atraksi Pukul Sapu Lidi yang diiringi paduan terompet dan arak-arakan masyarakat Waai-Morella di penghujung acara menjadi pemandangan tersendiri bagi setiap tamu yang datang. Saat itu langit semakin redup, namun sukacita dalam kebersamaan tak sedikitpun terkikis. Nyanyian dan tiupan terompet lagu gandong terus berulang tak henti-hentinya.

 

Penulis : Harry Wellsy Bakarbessy (Jurnalis Warga Ambon)

Hoaks yang Nyaris Menyulut Konflik Lanjutan di Kariu dan Ori

Hoaks yang Nyaris Menyulut Konflik Lanjutan di Kariu dan Ori

Konflik Kariu dan Ori, desa dan dusun bertetangga di Kecamatan Pulau Hauruku, sudah berlalu. Tapi, ada catatan penting dari konflik ini yaitu penyebaran berita bohong atau hoaks yang sempat memperkeruh keadaan dan nyaris menimbulkan konflik lanjutan. Tulisan ini dibuat untuk tujuan edukasi.

***

Jumat, 26 Januari 2022, pukul 09.94 WIT, sebuah pesan dari Ari masuk ke grup WhatsApp Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Wilayah Maluku. Seketika semua anggota grup memfokuskan percapakan setelah membaca pesan tersebut.

“Kawan-kawan tolong pantau semua grup. Info provokatif dan ujaran kebencian sedang terbaran,”.

“Iya. Soal bentrok Ori dan Kariu?,”respon seorang teman di dalam grup. “Yup (iya),”Ari menimpali.

Ari adalah relawan MAFINDO Maluku. Ia mendapatkan pesan berantai dan video seputar konflik Kariu dan Ori yang meletup pada Jumat dini hari. Tujuan membagikan ke grup agar segera disikapi oleh relawan MAFINDO dan tidak terhasut hoaks serta membuat bantahan atau klarifikasi.

Pesan dari Ari, diikuti dengan beragam informasi dari anggota grup lainnya terkait bentrok dua kampung yang dulunya berdamai itu. Terutama yang masih diragukan kebenarannya agar segera dikonter lewat media sosial, supaya tidak menimbulkan kepanikan dan keresahan masyarakat.

Saat saya sedang memantau perkembangan kabar di media sosial, tetiba ada telepon dari seorang teman, yang mengatakan warga Negeri (Desa) Hitu, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah telah diparangi di wilayah Desa Passo, Kota Ambon.  Tentu, saya tidak percaya dan menyuruh dia mengecek kebenaran informasi itu, yang ternyata adalah hoaks.

Tak lama setelah saya menerima telepon dari teman tadi, Ernawati Suatrat, relawan Mafindo Maluku, membagikan kabar lainnya di grup. “Sudah beredar (informasi) di banyak grup kalau Pasar Mardika sudah tutup,” tulis dia, keheranan.

“Yang dekat pasar, silakan bikin video siarang langsung kalau aktivitas di pasar lancar seperti biasa,”seru Ari.

“Tadi sebelum ke kantor, saya mampir di pasar (mardika). Aman terkendali. Aktivitas seperti biasa,”jawab Ernawati, yang mengaskan informasi tersebut tidak benar.

Hoaks seputar konflik Kariu dan Ori menyebar cepat di semua platform media sosial. Dalam bentuk narasi, foto maupun video. Jumlahnya sekitar puluhan.

Tapi ada tiga hoaks yang dinilai cukup meresahkan dan memantik amarah kedua belah pihak, yaitu foto Kapolsek Subhan Amin ditengah massa yang melakukan pembakaran rumah warga sehingga dituding memihak, dan swiping KTP oleh warga Hualoy di Seram Bagian Barat untuk mencari warga Pelauw, dan konflik agama.

Informasi yang saya himpun, hoaks mengenai Kapolsek Haruku memihak setelah fotonya beredar di media sosial. Pengguna media sosial terbelah.

Ada yang menghardik Kapolsek. Tapi ada pula masih menyangsikan kebenaran informasi tersebut. Pada 31 Januari, Kabid Humas Polda Maluku, Roem Ohoirat mengklarifikasi, bahwa saat itu Kapolsek berada di lokasi kejadian untuk menghalau massa, bukan membantu salah satu pihak.

Sementara hoaks swiping KTP oleh warga Hualoy di Seram Bagian Barat beredar dalam bentuk video. Dibagikan oleh akun facebook Ninik Waelissa, 26 Januari 2022.

Ninik mengatakan, masyarakat Desa Hualoy saat itu melakukan swiping KTP terhadap warga-warga yang melintasi desa tersebut, untuk membantu saudara mereka (Kariu) yang terlibat bentrok dengan warga Desa Ori dan Pelauw.

Informasi yang saya peroleh setelah melakukan penelusuran singkat di facebook dan grup WA, video tersebut merupakan protes warga terhadap pemerintah desa setempat. Tapi masyarakat sempat mempercayai informasi ini, hingga kemudian Ninik ditangkap Polres Maluku Tengah dan disuruh membuat video klarifikasi.

Hoaks terakhir yang cukup meresahkan masyarakat adalah isu‘konflik agama’. Tidak lewat foto, video, atau narasi. Hanya dari mulut ke mulut.

Meski begitu, sangat meresahkan bahkan sebagian orang tua meminta anak mereka yang kuliah di Ambon segera pulang kampung untuk sementara waktu. Padahal, diketahui bentrokan antara warga dua desa bertetangga itu karena dipicu sengketa lahan.

Mengapa Orang Mudah Menyebarkan Hoaks?

Saat ini semua orang bisa memberikan informasi dengan mudah dan cepat. Informasi yang tersebar seringkali berisi hal yang tidak benar, tidak valid dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Akibatnya, banyak menimbulkan perdebatan dan perselisihan pendapat di antara pembaca.

“Jika tidak ada kehati-hatian, netizen mudah termakan tipuan hoaks, bahkan ikut menyebarkan informasi palsu itu. Hal ini sangat merugikan bagi pihak korban fitnah maupun dirinya sendiri,”kata Rusda Leikawa, Koordintor Mafindo Maluku, Senin (30/5).

Penyebaran hoaks semakin marak dan sulit dikendalilkan. Apalagi di era digital  sekarang ini yang membawa pengaruh besar terhadap penyebaran informasi.  

Data bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Mafindo Pusat yang dipublikasikan Januari 2022, dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2020-2021) setidaknya tercatat 2.289 hoaks di Indonesia. Sebanyak 65 persen beredar di facebook, WA 14 persen, Twitter  10 persen, campuran 5 persen serta lain-lain 3 persen.

Menurut Rusda, orang yang sengaja menyebarkan hoaks karena beberapa tujuan atau motif. “Antara lain, ingin menjadi paling update, ingin memprovokasi, terlalu cemas, bergantung dengan gawai, iseng, keuntungan politik, dan keuntungan ekonomi,”beber Ketua Wanita Penulis Indonesia (WPI)Amboina itu.

Pelaku penyebar berita bohong beranggapan itu merupakan hal biasa. Tapi, mereka tidak tahu berbagai hal negatif yang dapat ditimbulkan dari penyebaran berita hoaks, mulai dari ribut di media sosial, di dunia nyata, pencemaran nama baik, perang saudara, hingga pembunuhan.

“Hoaks terkait konflik Ori dan Kariu kala itu, kalau tidak cepat diredam dan diklarifikasi, kemungkinan besar menimbulkan konflik lanjutan. Sebab orang mulai terhasut, terutama di media sosial,”kata Ketua AJI Ambon, Tajudin Buano yang saat itu menyebarkan seruan jurnalisme damai.

Berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk memverifikasi hoaks.

Hati-hati dengan judul provokatif : Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.

Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya kita mencari referensi berupa berita sama dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebagai pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.

Cermati Alamat Situs : Untuk informasi yang diperoleh dari media online atau mencantumkan link, cermatilah alamat  situs yang dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi-misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Periksa Faktanya : Sebelum menyebarkan informasi atau berita, terlebih dahulu kita menelusuri faktanya. Setelah itu perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi atau tidak. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Cek Keaslian Foto : Foto atau gambar dapat dimanipulasi atau diedit sedemikian rupa untuk mengarahkan persepsi pembaca sesuai yang diinginkan oleh pembuat hoaks. Untuk memeriksa keaslian sebuah foto atau gambar yang beredar di internet, warganet dapat menggunakan teknik reverse image search google atau penelusuran gambar terbalik. Teknik ini dapat dilakukan dengan menelusuri foto atau gambar menggunakan mesin pencari seperti Google, TinEye, Yandex, dan Bing.

Ikuti serta dalam Group Anti Hoaks : Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks. Misalnya, Mafindo, ada aplikasi chatbot whatsapp MAFINDO, ada juga media Instagram Mafindo yang dipakai untuk menelusuri kebenaran dari media yang di publikasikan untuk menangkal berita hoaks.

Penulis : Soleman Pelu (JW Ambon/ Relawan Mafindo Maluku)

YPPM Maluku Kembali Gelar Kegiatan ‘Bastori Demres’ di Kota  Masohi

YPPM Maluku Kembali Gelar Kegiatan ‘Bastori Demres’ di Kota  Masohi

Pelatihan “Bastori Demres” digelar YPPM Maluku atas kerjasama dengan The Asia Foundation (TAF) dalam Program Democracy Resilience (Demres) dilangsungkan di Sianida Café, Ina Marina Masohi pada Rabu (24/05/2022).

Masohi – Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (YPPM) Maluku  kembali menggelar pelatihan “Bastori Demres” di Kota Masohi.

Kegiatan yang digelar atas kerjasama dengan The Asia Foundation (TAF) dalam Program Democracy Resilience (Demres) ini, sebelumnya juga digelar di Kota Ambon.

Di Kota Masohi kegiatan ini dilangsungkan di Sianida Café, Ina Marina Masohi pada Rabu (24/05/2022).

Pelatihan ini melibatkan sejumlah anak muda yang berasal dari berbagai komunitas di Kota Masohi dan menghasilkan koalisi anak muda Masohi yang dinamai ‘Koalisi Pamahanunusa, Bukan Koalisi Biasa’.

Harlyn Sahulata, Fasilitator pada kegiatan Bastori Demres Kota Masohi mengatakan kegiatan Bastori Demres Masohi ini sangat baik karena menghadirkan komunitas anak muda Masohi yang selama ini belum pernah duduk bersama untuk membahas berbagai isu-isu anak muda terkini.

Menurut, Ketua Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) Cabang Zebaoth Masohi itu,  kegiatan ini menjembatani keresahan anak muda Masohi untuk  duduk bersama membahas kegelisahan-kegelisahan tentang masalah sosial yang  terjadi di Maluku Tengah untuk diidentifikasi dan mencari solusi pemecahan masalahnya.

“Saya mengapresiasi kegiatan ini,  karena sangat bermanfaat utk ditindaklanjuti kedepan dan menjadi kegiatan rutin untuk semua komunitas merespon semua masalah sosial anak muda,” tutur Harlyn.

Ia juga mengaku bangga bahwa kegiatan ini dapat berhasil membentuk ‘Koalisi Pamahanunusa’ sebagai aksi nyata anak muda  untuk tetap melanjutkan kegiatan bastori ini agar bisa selanjutnya meresponi berbagai perkembangan isu sosial Maluku Tengah.

Sementara Safia Lewenussa, dari komunitas Kalesang Kesehatan Ibu dan Anak (K3IA), mengatakan kegiatan Bastori Demres Masohi ini berhasil  menyatukan berbagai macam ide. gagasan dan saran dari generasi muda yang ada di kota Masohi.

“Anak muda harus mengetahui dan berperan dalam  perubahan-perubahan baik dari segi sosial maupun dalam segala aspek pembangunan,”tutur Safia.

Menurutnya, generasi muda adalah agent of change yang memiliki peranan penting dari kemajuan suatu daerah, karena baik buruknya suatu daerah ini terlihat dari kualitas generasi mudanya.

Abdullah Tangke, Programme Officer Demres mengatakan kegiatan “Bastory Demres “kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pertemuan pemuda pemudi lokal dalam program Demres atau ketahanan demokrasi dalam upaya membangun jaringan yang lebih kuat di lintas generasi/jaringan dengan beragam isu lokal.

Tangke menjelaskan dari hasil diskusi kegiatan ini, ditemukan berbagai macam isu masalah yang menjadi prioritas perhatian anak muda di Masohi.

Antaranya, masalah keterbelakangan pendidikan di daerahb terpencil, isu maraknya penyimpangan seksual seperti Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), masalah kekerasan seksual sampai ke masalah kenakalan remaja.

“Saya berharap setelah Bastori Demres ini akan muncul koalisi dan gerakan bersama untuk menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi,” tutur Tangke (*)

Penulis : Edha Sanaky

YPPM Maluku Gelar Pelatihan Koalisi Anak Muda  “Bastori Demres”

YPPM Maluku Gelar Pelatihan Koalisi Anak Muda  “Bastori Demres”

Ambon –  Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (YPPM) Maluku  bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF) dalam Program Democracy Resilience (Demres) menggelar Pelatihan “Bastori Demres” yang merupakan kegiatan pertemuan generasi muda kota Ambon dalam upaya membangun jaringan yang lebih kuat di lintas generasi.

Kegiatan ini diusung  dengan beragam isu lokal yang digelar di Hotel Amans, Ambon,  Kamis (19/05/2022).

Programme Manager Demres Na’am Seknun di sela-sela kegiatan ini mengatakan, generasi muda merupakan sumber pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya menghadapi masalah-masalah yang dihadapi bangsa.

“Dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal harus tetap dijaga untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional,”tutur Na’am.

Dikatakan, upaya peningkatan kualitas pembangunan nasional sangat bergantung pada pendayagunaan sumber daya manusia sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat.

“Realitas tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi peningkatan kapasitas intelektual generasi muda sebagai penyumbang sumber daya manusia terbanyak,”ungkap Na’am.

Menurutnya, hal ini mengisyaratkan bahwa generasi layak mendapatkan tempat dalam menyukseskan visi pembangunan yang tentunya sebagai subjek, bukan objek yang dieksploitasi demi sebuah kepentingan sistem.

“Untuk membantu menyukseskan visi pembangunan daerah inilah diperlukan peningkatan kapasitas regular generasi muda yaitu pemuda dan perempuan yang bersinergi dengan gerakan dan inisiatif anak muda di tingkat nasional,” beber dia.

Semnetara itu, Abdullah Tangke, Programme Officer Demres juga menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan “Bastori Demres ini adalah terbentuknya koalisi anak muda di kota Ambon yang memiliki satu visi agar dapat berperan aktif dalam demokrasi pembngunan di daerah.

“Anak muda yang tergabung dalam koalisi ini harus mampu mengenal persoalan-persoalan demokrasi yang berhubungan dengan pemuda, perempuan, difabel dan kaum marginal lainnya di kota Ambon,” ungkap Tangke. 

Selain itu juga, Tangke mengatakan mampu menumbuhkan kemampuan dan percaya diri pemuda dan perempuan di daerah untuk bersinergi dengan gerakan dan inisiatif anak muda di tingkat nasional

Tangke menjelaskan dari hasil diskusi di “Bastori Demres” ini, banyak isu permasalahan yang menjadi prioritas anak muda di kota Ambon, diantaranya isu kekerasan seksual di kampus, politik praktis, politik identitas serta intimidasi terhadap hak-hak kaum difabel.

“Selain itu anak-anak mud aini menyasar ke masalah kekerasan anak dan perempuan, kemudian pergaulan bebas yang semakin tidak terkendali.” Tutur tangke. 

Tangke mengharapkan output dari kegiatan ini adalah adanya inisiatif untuk melakukan Gerakan bersama untuk bersama menyelesaikan permasalahan yang terjadi serta peserta memiliki kesadaran penuh terkait dengan apa potensi atau talenta yang akan menjadi keunggulannya di masa depan (*) 

Penulis : Edha Sanaky

Potret Toleransi di Saparua, Warga Muslim dan Kristen Bangun Tempat Wudu

Potret Toleransi di Saparua, Warga Muslim dan Kristen Bangun Tempat Wudu

Masohi, JW.-Pengecoran bak wudu Masjid Baiturrahman Negeri Siri Sori Islam, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Senin, 28 Februari 2022 lalu menjadi momentum pengulangan sejarah hidup orang basudara di Saparua. Melalui tradisi ini, masyarakat saling bantu tanpa memandang agama dan kepercayaan yang dianut.
 
Tradisi saling membantu antar-negeri (desa) sudah ditanamkan dari zaman leluhur. Masyarakat tiga negeri berpenduduk Kristen Protestan, yaitu Haria (Leawaka Amapati), Ullath (Beilohy Amalatu) dan Siri sori Serani (Louhatta) secara bergotong royong membantu pengecoran tempat air wudu Masjid Baiturrahman Negeri Siri Sori Islam.
 
Camat Saparua Timur, Halid Pattisahusiwa yang hadir saat itu menyampaikan tradisi Masohi atau gotong royong antar-negeri di Saparua sudah terawat dan terjaga sejak zaman leluhur.
 
“Sebagai kepala pemerintahan kecamatan, saya mendukung dan mengapresiasi rekonsiliasi kehidupan kekerabatan dan kekeluargaan yang terjalin antar negeri di Saparua,” ungkap Halid.
 
Halid juga menyampaikan, ini merupakan tradisi leluhur yang sampai saat ini masih berjalan dari generasi ke generasi. Setiap momentum, baik pelantikan raja, pembangunan rumah ibadah dan sebagainya, kedua negeri saling membantu.


 
“Lain tolong lain sayang e (saling membantu) adalah potret hidup orang basudara antar negeri di Saparua dan sebagai implementasi dalam mewujudkan Maluku Tengah yang berkeadilan, sejahtera, religius dalam semangat hidup orang Basudara,” tutur Halid.
 
Yacob, 27 tahun, warga negeri Amalatu yang saat pengecoran bertugas menjalankan mesin pencampur semen atau molen mengatakan, saling bantu antar negeri di Saparua sudah sering dilakukan.
 
“Waktu pelantikan raja Amalatu, saudara-saudara kami dari negeri Siri sori Islam mengantarkan aneka macam kue saat acara pelantikan,”tutur Yacob.
 
Hal senada juga disampaikan salah satu warga Siri Sori Islam Yadi, 47 tahun, bahwa saat peresmian gedung Gereja Taman Hoea Negeri Ullath, ratusan muslim membawa bantuan ratusan kue dan karton air mineral dalam kemasan ini, dalam mendukung acara peresmian gedung Gereja tersebut.
 
Halid  mengapresiasi seluruh masyarakat dan para raja empat negeri, panitia pembangunan bak wudu, Ikatan Keluarga Siri Sori Islam (IKASSI), camat Saparua Timur, kapolsek Saparua dan jajaran, serta Koramil Saparua dan jajaran TNI yang turut serta hadir dalam pembangunan bak wudu tersebut.

Oleh : Yusuf Pattty (Jurnalis Warga Masohi)