Keterangan : Sampah-sampah pastik digantung di rumah Joe Manuhua, dalam kegiatan Pameran Sampah Plastik, 24-30 November 2021. (Muhammad Abubakar Fauzi Difinubun)
AMBON,JW.–Tidak seperti hari biasanya, pekarangan miliki Joe Manuhuwa Silooy penuh dengan sampah yang ditata apik. Ada tirai warna warnai berbahan tutup botol plastik di bagian depan. Ada pula gelas plastik bekas minuman yang ia gantung.
Hari itu, Minggu 29 November 2021, rumah Joe-begitu ia biasa dipanggil, jadi ruang pamer sampah-sampah. Selain pameran, hari itu juga ada diskusi yang diselenggarakan Beta Bank Sampah Maluku yang mengusung tema ‘Milenial Peduli Lingkungan’.
“Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya edukasi, mengadvokasi dan memberikan motivasi kepada masyarakat terkait dengan peduli lingkungan yang berawal dari kebiasaan membuang sampah sembarangan,” kata George Manuhua, Direktur Beta Bank Sampah Maluku.
Pameran sampah plastik berlangsung pada 24-30 November 2021. Joe memungut sampah-sampah tersebut di sekitar rumahnya di Negeri Hative Besar, Kecamatan Teluk Ambon, dan beberapa lokasi lain di Kota Ambon.
Ia mencatat, ada 9.046 sampah plastik yang digunakan untuk pameran. Terdiri dari 1.634 sampah botol kemasan, 3.200 Sampah gelas air minum kemasan, 4.212 sampah penutup botol, dan beraneka sampah plastik lainnya.
Pria 37 tahun, itu melibatkan pemuda di sekitar domisilinya untuk berpartisipasi menyukseskan kegiatan tersebut. Mereka membutuhkan 37 hari untuk menyiapkan pameran.
“Ribuan sampah plastik ini tidak harus berakhir hanya di tempat sampah,”imbuh Joe.
Jamez Pakniany, pendiri Komunitas Rumah Bawa Perubahan (BAPER), yang hadir sebagai narasumber dialog, mengajak masyarakat terutama anak muda untuk menjaga lingkungan.
“Dengan adanya kegitaan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat Maluku, lebih khusus bagi generasi-generasi penerus agar bisa belajar tentang alam,”katanya.
Sementara, menurut Teria Stefani Sahuteru, Founder Moluccas Coastal Care (MCC), perlu adanya kerja sama antara komunitas-komunitas peduli lingkungan dengan pemerintah serta masyarakat.
“Perlu restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan publik, advokasi perubahan gaya hidup, dan perbaikan perencanaan komunitas,”jelasnya. (*)
Penulis : Soleman Pelu (JW Ambon)
Komentar Terbaru