Mark Ufie, relawan Mafindo Maluku menyampaikan materi terkait hoaks pada kegiatan Tular Nalar Bagoi Warga Lansia di Desa Hitulama, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, 1 Juni 2022.
(Soleman Pelu/JW Ambon)
AMBON,JW.-Sebuah pesan masuk ke grup WhatsApp (WAG) warga Negeri/Desa Asilulu, Kecamatan Leihitu Barat, Maluku Tengah, 29 Juni 2022 lalu. Isinya, informasi mengenai undian Rp2.00.000 dari PT. Pertamina dalam rangka HUT Pertamina ke-55.
Ada link yang disematkan pada pesan berantai itu, beserta logo Pertamina dengan tulisan diatasnya ‘Pertamina Government energy subsidies, click the link to get government www.Pertamina.id’. Sekilas, itu seperti informasi resmi dari perusahaan negara ini.
Karena tak yakin, Abdoel Tangke (47), warga Asilulu yang juga anggota WAG, langsung membagikan pesan berantai kepada beberapa kenalannya. Salah satunya, relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Maluku untuk mengecek kebenaran informasi itu.
Berselang satu menit kemudian, anggota Mafindo itu membalas. “Itu hoaks, Abang”. Dia juga membagikan informasi bantahan atau klarifikasi dari sumber resmi, yang menyatakan tautan itu tidak benar.
Seperti dikutip dari turnbackhoaks.id, Vice President Corporate Communicaton Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan Pertamina tidak pernah mengadakan kegiatan dalam rangka perayaan ulang tahun.
“Hasil klarifikasi itu saya bagikan lagi ke WAG Asilulu, dan teman-teman di program Democracy Resilience (Demres),”tutur Abdoel via seluler, 30 Juli.
Hoaks di WAG Asilul itu, bukan yang pertama kali diterima Abdoel. Pekerja di Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (YPPM) Maluku ini pernah menerima hoaks mengenai imun tubuh menurun setelah divaksin, pertengahan 2021 lalu, dalam bentuk tangkapan layar.
Tangkapan layar yang diunggah pada 15 Maret 2021 tersebut disertakan narasi tingkat kekebalan tubuh atau antibodi dalam tubuh seseorang yang telah divaksin Covid-19 menurun. Penyebab seseorang terkena Covid-19, menurut pesan itu, karena antibodi menurun dalam beberapa hari sebelum vaksinasi dosis kedua
Dia ragu dengan informasi tersebut, dan menanyakan kepada teman-temannya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan. “Mereka bilang, informasi itu tidak benar. Justru, vaksin akan memperkuat ketahanan tubuh,”jelasnya.
Lansia Rentan Terpapar Hoaks
Pengalaman Abdoel, hanyalah satu dari sekian banyak kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) yang menerima, bahkan menyebarkan hoaks. Hoaks yang disebarkan paling banyak selama pandemi Covid-19.
“Seiring berjalanya dunia digital, masih banyak masyarakat yang belum bisa membedakan mana berita yang hoaks atau tidak,”ungkap Sekretaris Desa Hitulama, Ikbal Pelu pada kegiatan Tular Nalar Bagi Warga Lansia yang diselenggarakan Mafindo Maluku di Desa Hitulama, 1 Juni 2022.
Salma Tuawael, salah satu peserta kegiatan tersebut mengakui, kebanyakan hoaks yang muncul tentang kesehatan membuat lansia takut. Akhirnya, menyebarluaskan informasi media sosial tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu.
“Kita bagikan ke sosmed tanpa mengecek kebenarnya informasi, karena takut anggota keluarga kena penyakit. Selain isu kesehatan, ada penipuan lainnya yang sering kita jumpai lewat misinformasi,”bebernya.
Berdasarkan data Mafindo, warga usia diatas 45 tahun yang paling rentan mendapatkan dan menyebarkan hoaks. Mereka merupakan generasi transisi dari analog ke digital yang masih gagap pada teknologi informasi.
Olehnya itu, menurut Mark Ufie, relawan Mafindo sekaligus fasilitator kegiatan Tular Nalar, upaya Mafindo untuk meminimalisir disinformasi pun terus dilakukan. Tahun ini, literasi digital difokuskan pada masyarakat rentan, terutama lansia.
“Literasi digital ini diharapkan membuat para lansia bisa lebih berpikir kritis dalam menanggapi diinformasi yang mereka terima. Meski hal ini tidak mudah ditengah keterbatasan fisik pada teknologi moderen. Selain itu lansia juga merupakan tolak ukur yang menjadi edukasi dalam keluarga,”jelas Mark.
Sementara itu, Koordinator Mafindo Maluku, Rosda Leikawa mengungkapkan hoaks politik, ekonomi dan kesehatan banyak memakan korban lansia. Keinginan mereka untuk memproteksi diri sendiri dan orang-orang terdekat pun akhirnya membuat mereka menjadi rentan dan menjadi pelaku hoaks dengan menyebarkan berita tidak benar di sosmed.
Rosda menambahkan, ditengah keterbatasan kapasitas untuk mengolah informasi dan teknologi, tidak banyak lansia yang tersentuh gerakan literasi digital. Kalaupun ada hanya bersifat sporadis.
Akibatnya banyak lansia yang terjebak penipuan digital. Mereka juga tidak sadar akan pentingnya perlindungan data sehingga mudah terpapar hoaks. Pada masa pandemi ini misalnya, ada hoaks tentang vaksinasi yang berbahaya banyak dishare paman, tante, bapak ke grup WA (whatsapp-red).
“Ini bisa saja terjadi karena mereka sebenarnya ingin melindungi keluarga dan lingkungan dari yang dianggapnya ancaman. Perlu pendampingan dan mendudukkan lansia pada posisinya agar melek literasi digital karena meski punya HP mahal tapi seringkali tidak bisa menggunakannya dengan baik,”papar Roesda.
Abdoel, Iqbal, dan Salma mengakui, mereka telah mendapatkan pengetahuan penting tentang hoaks lewat kegiatan Tular Nalar Bagi Lansia yang diadakan Mafindo Maluku, baik luring maupun daring. Selain itu, mereka juga bijak bermedia sosial dan menjadi teladan bagi orang di sekitarnya. (*)
Penulis : Soleman Pelu (JW Ambon/Mafindo Maluku)
Komentar Terbaru