AMBON, JW.- Pada 2019 program For International Student Assesment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menemukan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau 10 dari negara yang memiliki tingkat literasi paling rendah.
Selain itu survei yang dilakukan The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization atau disingkat UNESCO soal literasi di dunia, minat baca masyarakat Indoneisa sangat rendah, dengan persentase 0,001 persen atau dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang memiliki minat membaca yang tinggi.
Sementara di Provinsi Maluku, menurut hasil kajian kegemaran membaca 2020 yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI, Maluku memperoleh nilai tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat, yakni 52,90 atau peringkat 26 dari 34 provinsi di Indonesia, selerti dikutip Liputan6.com.
Selain rendahnya minat baca, saat ini banyak informasi yang beredar di media sosial yang mengandung hoaks, provokasi, ujaran kebencian, isu SARA, dan lain-lain. Apalagi masyarakat dihadapkan dengan dunia digital yang kejahatan sibernya sangat canggih seperti, kebocoran data pribadi dan juga pesan berantai yang diterima secara induvidu ataupun panggilan penipuan yang sering terjadi disekitar kita, hal tersebut menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Melihat kondisi tersebut, pada tahun 2020, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) bekerja sama dengan Ma’arif Institute dan Love Frankie dan didukung oleh Google.org bersama-sama meluncurkan Program Tular Nalar. Tular Nalar sendiri berfokus pada kurikulum literasi media dan sebagai sarana untuk latihan-latihan berpikir kritis, dengan mewujudkan berbagai perkakas (tools) pembelajaran; mulai dari video, website, artikel rubrik, dan lain-lain.
Melalui program Tular Nalar, yang meliputi berbagai jenjang, kompetensi literasi media dapat diasah sesuai dengan konteksnya. Kegiatan Tular Nalar sudah berjalan selama dua tahun dengan melatih 26.700 guru, dosen dan guru honorer di 23 Kota yang tersebar di Indonesia termasuk Kota Ambon.
Sedangkan untuk tahun 2022 program ini terfokus pada para lansia karena dianggap rentan terhadap informasi-informasi yang terindikasi hoaks, penipuan dan juga kejahatan digital lainya.
Melalui program Tular Nalar Lansia, MAFINDO Wilayah Maluku baru-baru ini melakukan edukasi kepada warga lansia di Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah baik secara online maupun secara offline.
Hasil pantauan Jurnalis Warga (JW) Ambon, salah satu kegiatan Tular Nalar Lansia yang dilakukan secara online dikuti oleh 27 peserta, yang merupakan keterwakilan dari beberapa instansi di kota Ambon, yakni Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Provinsi Maluku, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, UPT. Perspustakaan Universitas Pattimura Ambon dan masyarakat lain yang berdomisili di kota Ambon, dan Kabupaten Maluku Tengah.
Kegiatan yang berlangsung melalui apliksi Zoom Meeting tersebut, mendapat respon positif dari para peserta. Seperti disampaikan Ismail Sangadji dalam video testimoni oleh tim Mafindo Maluku, Sabtu (2/06/22).
Menurutnya, Tular Nalar hadir sebagai filter atau penyaring dalam menangkal berita bohong atau hoaks.“Semoga dengan Tular Nalar yang diberikan kepada kami warga masyarakat Maluku, dapat kita jadikan sebagai filter untuk menepis isu-isu hoaks yang tidak bertanggung jawab”, kata Sangadji.
Dia juga berharap bisa ikut serta dalam program tular nalar berikutnya, maupun kegiatan-kegiatan MAFINDO yang berhubungan dengan misinformasi dan disinformasi .
Hal serupa disampaikan peserta lainnya, Marlein Manuhutu, yang dikonfirmasi langsung oleh Jurnalis Warga (JW) Ambon.
Menurutnya kegiatan Tular Nalar sangat bermanfaat sekali bagi dirinya, sehingga ia bisa membedakan berita hoaks dan tidak, dan mengklarifikasi berita yang beredar di grup Whatsapp.
“Setelah mengikuti kegiatan ini, ada beberapa grup Whatsaapp yang berbagi tentang informasi, yang menurut saya adalah berita yang tidak masuk akal/akal dan saya langsung memberikan klarifikasi kepada mereka”, jelas Marlein.
Selan itu, ia juga berkeinginan agar MAFINDO Wilaya Maluku dapat bekerja sama dengan Sinode GPM atau kelompok pengajian dikalangan masjid untuk melakukan kegiatan yang sama secara tatap muka.
“Beta punya satu kinginan bahwa kegiatan yang bagus ini baiknya bisa juga dilaksanakan secara offline, lewat jalur perempuan gereja (bekerja sama dengan Sinode) atau kelompok pengajian. Karena kalau online lansia kurang tertarik”, katanya.
Selain kegiatan daring, sebelumnya MAFINDO sudah melakukan kegiatan secara offline untuk warga lansia di Desa Hitulama, Kabupaten Maluku Tengah. Kegaiatan tersebut juga mendapat respon postif dari pemerintah negeri dan juga para peserta.
“Buat beta pribadi kegiatan ini sangat menarik sekali, dan berguna untuk kita selaku masyarakt Negeri Hitu agar dapat bijak dalam menggunakan sosial media dan juga internet,”ujar Jaleha Pelu usai kegiatan di Kantor Desa Negeri Hitulama, Jumat (1/6/22).
Sementara itu, Koordinator MAFINDO Maluku, Roesda Leikawa mengatakan, program Tular Nalar Lansia yang sudah dilakukan di Maluku pada Juni 2022 baik secara online maupun offline diikuti 60 orang lansia dan pra lansia. Sementara di 2021 pihaknya juga sudah memberikan pelatihan Kurikulum Tular untuk 200 guru di Maluku melalui zoom.
“Kami berharap para peserta yang sudah kami latih bisa cakap digital menjelang tahun politik 2024 mendatang”, kata Roesda.
Lebih lanjut ia katakan, pada Agustus mendatang, MAFINDO akan melakukan Focus Group Discussion (FGD) Tular Nalar Lansia 2. Kegiatan Tular Nalar ini, kata Roesda bisa membekali para lansia maupun anak muda untuk berpikir kritis dan tidak mudah percaya dengan informasi-informasi yang didapat, serta tidak terjebak berita hoaks,, penipuan digital dan ujaran kebencian.
“Agustus nanti kami relawan MAFINDO Maluku bersama-sama dengan Tim Tular Nalar dan MAFINDO Pusat akan melaksanakan FGD di Kota Ambon, dengan sasaran lansia dan juga anak muda”, pungkasnya.
Penulis : Abubakar Difinubun (JW Ambon)
Komentar Terbaru