082311771819 yppm.maluku@gmail.com

Penyampaian materi periksa fakta oleh relawan Mafindo Maluku

AMBON,JW–15 orang muda duduk berjejer di atas kursi plastik. Mata mereka tertuju ke layar infokus. Mereka juga serius menyimak setiap ucapan dari seorang pria yang berada di hadapan mereka.

Deru knalpot kendaraan di jalanan tak mengganggu mereka, yang larut dalam suasana serius menimba pengetahuan dan pengalaman di halaman gereja Maranatha, 25 Juni 2022, siang itu. Lima belas orang muda itu adalah pengurus dan anggota Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) Ranting Maranatha.

Mereka hadir sebagai peserta pelatihan anti hoaks dan periksa fakta yang diselenggarakan Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (YPPM) Maluku bekerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Maluku, lewat program Democracy Resilience (Demres). Sedangkan pria tersebut Soleman Pelu, relawan MAFINDO Maluku.

Ebi Peruru, Ketua AMGPM Ranting Maranatha mengatakan, literasi digital dan hoaks, memang merupakan kegiatan telah mereka rencanakan sebelumnya lewat salah satu program kerja, yakni sosialisasi di lingkungan masyarakat. Namun, karena pandemi Covid-19, kegiatan itu tak kunjung dilaksanakan.

Saat dihubungi staf YPPM untuk membicarakan rencana kegiatan itu, Ebi menyanggupi, setelah sebelumnya mendiskusikan dengan pengurus yang lain. Sebab, menurut dia, kegiatan literasi digital, terutama melawan hoaks sangat penting bagi orang muda.

“Kegiatan ini sangat memberikan pemahaman kepada kita, khususnya anak muda agar lebih teliti dan jangan cepat percaya terhadap berita yang baru didapatkan. Selain itu kita juga dapat mengetahui langkah-langkah mengecek kebenaran sebuah infornasi,”tegas Ebi.
Verifikasi Adalah “Senjata”
Sementara itu, saat memberikan materi tentang cara periksa fakta sekaligus melakukan praktik sederhana, Soleman mengatakan, jika ada satu berita yang tidak diketahui kebenarannya, sebaiknya jangan disebarkan.

Dia menyebutkan, ciri-ciri informasi tidak akurat adalah menggunakan judul provokatif dan mengiring pembaca kepada opini yang negatif. Semua itu tidak terpisahkan dari kehadiran internet di dalam kehidupan manusia. Olehnya itu, dia meminta orang muda, jangan ampang termakan hoaks.

Verikasi atau cek fakta merupakan “senjata” yang wajib digunakan untuk melawan hoaks. “Orang muda, saya kira jangan cepat atau mudah termakan hoaks. Perlu ada verifkasi atau memeriksa kebenarannya,”tandas pustakawan muda di perpustakaan Universitas Pattimura, itu.
Wellsy Harry Bakarbessy, relawan MAFINDO dan narasumber lainnya pada kesempatan itu mengatakan, perkembangan teknologi informasi telah menyebar di dunia tanpa batas. Hal tersebut menyebabkan perubahan sosial yang signifikan berlangsung dengan cepat.
Menurutnya, perkembangan teknologi informasi banyak memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi informasi yang sering dijumpai yaitu, banyaknya berita palsu (hoaks).
Sementara dampak positifnya memberi kemudahan untuk mendapatkan layanan tertentu meski lewat jarak jauh, misalnya berbelanja online, pesan tiket online, dan lain sebagainya.

“Menghemat waktu, bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun. Kemudahan untuk mencari dan mendapat informasi lewat akses internet,” terang Wellsy.

Ella Gaspersz, salah satu peserta mengaku, materi-materi yang disampaikan narasumber sangat membuka pengetahuan mereka dalam mengecek informasi. Sebab, selama ini mereka kerap mendapatkan berita yang belum diketahui kebenarannya, seperti mengenai menang undian. “Setelah adanya materi ini, kami bisa tahu tentang berita benar dan berita palsu,”ungkapnya.

Penulis : Soleman Pelu (JW Ambon/Mafindo Maluku)